Minggu, 04 April 2010

MANUSIA DAN CINTA KASIH


A. Pengertian Cinta Kasih

Menurut kamus umum bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta, cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada), ataupun (rasa) sangat kasih atau sangat tertarik hatinya. Sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (sayang) kepada seseorang yang disertai dengan menaruh belas kasihan.


Walaupun cinta kasih mengandung arti yang hampir bersamaan, namun terdapat perbedaan juga antara keduanya. Cinta lebih mengandung pengertian mendalamnya rasa, sedangkan kasih lebih keluarnya; dengan kata lain bersumber dari cinta yang mendalam itulah kasih dapat diwujudkan secara nyata.


Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ikhlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.


Dalam bukunya seni mencinta, Erich Formm menyebutkan, bahwa cinta itu terutama memberi bukan, menerima. Dan memberi merupakan ungkapan yang paling tinggi dari kemampuan. Yang paling penting dalam memberi ialah hal-hal yang sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsure-unsur tertentu, yaitu pengasuhan, tanggungjawab, dan pengenalan.


Pengerian cinta dikemukakan juga oleh Dr. Sarlito W. Sarwono. Dikatakannya bahwa cinta memiliki tiga unsure yaitu keterikatan, keintiman, dan kemesraan. Keterikatan adalah adanya perasaan untuk hanya selalu bersama dia, segala prioritas untuk dia, tidak mau pergi dengan orang lain kecuali dengan dia. Kemudian keintiman adalah adanya kebiasaan-kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukan bahwa antara anda dengan dia sudah tidak ada jarak lagi. Sedangkan kemesraan adalah adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen bila berjauhan atau lama tak bertemu, dan lain sebagainya.


Selain itu, dalam bukunya manajemen cinta Dr. Abdullah Nasih Ulwan mengatakan bahwa cinta adalah perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihnya dengan penuh gairah, lembut, dan kasih saying. Cinta adalah fitrah manusia yang murni, yang tak dapat terpisahkan dari kehidupannya. Ia selalu dibutuhkan. Jika seseorang ingin menukmatinya dengan cara yang terhormat dan mulia, suci dan penuh taqwa, tentu ia akan mempergunakan cinta itu untuk mencapai keinginannya yang suci dan mulia pula.


Didalam kitab suci Al-Qur’an, ditemui adanya fenomena cinta yang bersembunyi di dalam jiwa manusia. Cinta memiliki 3 tingkatan-tingkatan: tinggi, menengah, dan rendah. Tingkatan cinta tersebut diatas adalah berdasarkan firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 24 sebagai berikut:

Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai; adalah lebih kamu cinta dari pada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad dijalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah medatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.


Cinta tingkat tinggi

Cinta tingkat tinggi adalah cinta kepada Allah, Rasulullah dan berjihad di jalan Allah. Cinta ini merupakan cinta yang tidak ada duanya, karena hal ini merupakan konsekuensi iman dan merupakan keharusan dalam Islam. Bahkan itu pendorong utama didalam menunjang tinggi agama.


Cinta tingkat menengah

Hakekat cinta menengah adalah suatu energi yang datang dari perasaan hati dan jiwa. Ia timbul dari perasaan seseorang yang dicintainya, aqidah, keluarga, kekerabatan, atau persahabatan. Karena hubungan cinta, kasih sayang dan kesetiaan diantara mereka semakin akrab.

Berangkat dari perasaan lembut yang ditanamkan oleh Tuhan dalam hati dan jiwa seseorang inilah akan terbentuk perasaan kasih sayang dan cinta dari seseorang terhadap orang lain.


Cinta tingkat rendah

Cinta tingkat rendah adalah cinta yang paling keji, hina dan merusak rasa kemanusiaan. Karena itu ia adalah cinta rendahan. Bentuknya beranekaragam, misalnya:

1. Cinta kepada thagut. Thagut adalah syetan, atau sesuatu yang disembah selain Allah.

Dalam surat Al-Baqarah, Allah berfirman:

“dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.”

2. Cinta berdasarkan hawa nafsu

3. Cinta yang lebih mengutakan kecintaan kepada orang tua, anak, istri, perniagaan, dan tempat tinggal.

Hikmah cinta adalah sangat besar. Hanya orang yang telah diberi kefahaman dan kecerdasan oleh Allah sajalah yang mampu merenungkannya. Diantara hikmah-hikmah tersebut adalah:

1. Sesunguhnya cinta itu adalah merupakan ujian yang berat dan pahit dalam kehidupan manusia, karena setiap cinta akan mengalami berbagai macam rintangan.

2. fenomena cinta merupakan pendorong dan pembangkit yang paling besar dalam melestarikan kehidupan lingkungan atau dengan kata lain pendorong gairah hidup untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan. Pendek kata kalu tidak ada fenomena cinta, tak akan pernah ada gerakan, kreasi dan apresiasi di dunia ini. Juga tak akan pernah ada pembangunan dan kemajuan.

3. Fenomena cinta juga merupakan factor utama didalam kelanjutan hidup manusia, dalam kenal mengenal antar mereka. Ia juga merupakan modal utama didalam mengenal berbagai macam ilmu pengetahuan yang tersimpan didalam keindahan alam, kehidupan dan kemanusiaan.

4. Cinta merupakan benih dari segala kasih dan sayang, dan segala bentuk persahabatan, dimanapun adanya.


B. Cinta Menurut Agama

Dalam kehidupan manusia, cinta menampakan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain atau juga istri dan anaknya, hartanya, atau Allah dan Rasulnya. Berbagai bentuk cinta ini bias kita dapatkan dalam kitab suci Al-Qur’an.


· Cinta Diri

Cinta diri erat kaitannya dengan dorongan menjaga diri. Cinta alamiah manusia terhadap dirinya telah diungkapkan dalam Al-Qur’an yaitu kecenderungannya untuk menuntut segala sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi dirinya, dan menghindari dari segala sesuatu yang membahayakan keselamatan dirinya.

Diantara gejala kecintaan manusia terhadap dirinya sendiri ialah kecintaannya yang sangat teradap harta, yang dapat merealisasikan semua keinginannya dan memudahkan baginya sarana untuk mencapai kesenangan dan kemewahan hidup. (QS. al-‘adiyat, 100:8)

Diantara gejala lain yang menunjukkan kecintaan manusia pada dirinya sendiri ialah permohonan yang terus menerus agar dikaruniai harta, kesehatan, dan berbagai kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Dan apabila ia tertimpa bencana, keburukan, atau kemiskinan, ia merasa putus asa dan mengira ia tidak akan bias memperoleh karunia lagi (QS. Fushilat, 41:49)

Namun hendaknya cinta manusia pada dirinya tidak terlalu berlebih-lebihan dan melewati batas. Sepatutnya cinta pada dirinya sendiri ini diimbangi dengan cinta pada orang lain dan cinta berbuat kebajikan kepada mereka.


· Cinta kepada sesama manusia

Agar manusia dapat hidup dengan penuh keserasian dan keharmonisan dengan manusia lainnya, tidak boleh tidak ia harus membatasi cintanya pada diri sendiri dan egoismenya.

Al-Qur’an juga menyeru kepada orang-orang yang beriman agar saling cinta mencitai seperti cinta mereka pada diri mereka sendiri. Dalam seruan itu sesungguhnya terkandung pengarahan kepada para mukmin agar tidak berlebih-lebihan dalam mencintai diri sendiri.


· Cinta Seksual

Cinta erat hubungannya dengan dorongan seksual. Sebab ialah yang bekerja dalam melestarikan kasih sayang, keserasian, dan kerjasama antara suami dan istri. Ia merupakan faktor yang primer bagi kelangsungan hidup keluarga:

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi yang berfikir.” (QS. Ar-Rum, 30:21)

Dorongan melakukan suatu fungsi penting, yaitu melahirkan keturunan demi kelangsungan jenis. Lewat seksualah terbentuk keluarga sampai suatu bangsa.

Islam mengakui dorongan seksual dan tidak mengingkarinya. Jelas denan sendirinya ia mengakui pula cinta seksual yang menyertai dorongan tersebut. Sebab ia merupakan emosi alamiah dalam diri manusia yang tidak diingkari, tidak ditentang ataupun ditekannya. Yang diserukan Islam hanyalah pengendalian dan penguasaan cinta ini, lewat pemenuhan dorongan tersebut dengan cara yang sah, yaitu perkawinan.


· Cinta Kebapakan

Para ahli ilmu filosofis berpendapat bahwa dorongan kebapakan bukanlah dorongan fisiologis seperti halnya dorongan keibuan, melainkan dorongan psikis. Biasanya cinta kebapakan nampak dalam perhatian seorang bapak pada ank-anaknya, asuhan, nasehat, dan pengarahan yang diberikannya pada mereka, demi kebaikan dan kepentingan mereka sendiri. Hal ini terlihat jelas dalam do’a Zakaria as:

“ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdo’a kepada Engkau, ya Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalanku, sedang istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi Engkau seorang Putera, yang akan mewarisi aku dan mewarisi keluarga ya’qub; dan jadikanlah ia, ya Tuhanku, seorang yang diridhai.” (QS. Maryam, 19:4-6)

Cinta kebapakan dalam Al-Qur’an diisyaratkan dalam kisah nabi Nuh as. Betapa cintanya ia kepada anaknya, tampak jelas ketika ia memanggilnya dengan penuh rasa cinta, kasih sayang, dan belas kasihan, untuk naik keperahu agar tidak tenggelam ditelan ombak:

“… dan Nuh memanggil anaknya – sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil - : “Hai..anakku, naiklah (kekapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama-sama orang-orang kafir.” (QS. Yusuf, 12:84)

Cinta ini nampak pula dalam do’a nabu Nuh as. yang memohon pada Allah semoga anaknya selamat:

“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhan, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya. (QS. Hud, 11:45)


· Cinta kepada Allah

Puncak cinta manusia, yang paling bening, jernih dan spiritual ialah cintanya kepada Allah dan kerinduannya kepada-Nya. Tidak hanya dalam shalat, pujian, dan do’anya saja, tetapi juga dalam semua tindakan dan tingkah lakunya. Semua tingkah laku dan tindakannya ditujukan kepada Allah, mengharapkan penerimaan dan ridha-Nya:

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah maha pengampun lagi maha penyayang.” (QS. Ali Imran, 3:31)

Cinta yang ikhlas seorang manusia kepada Allah akan membuat cinta itu menjadi kekuatan pendorong yang mengarahkannya dalam kehidupannya dan menundukkan semua bentuk kecintaan lainnya. Cinta inipun juga akan membuatnya menjadi seorang yang cinta pada sesama manusia, hewan, semua makhluk Allah dan seluruh alam semesta. Sebab dalam pandangannya semua wujud yang ada disekelilingnya mempunyai manifestasi dari Tuhannya yang membangkitkan kerinduan-kerinduan spiritualnya dan harapan kalbunya.


· Cinta kepada Rasul

Cinta kepada Rasul yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta, menduduki peringkat kedua setelah cinta kepada Allah. Ini karena Rasul merupakan contoh ideal sempurna bagi manusia baik dalam tingkah laku, moral, maupun berbagai sifat luhur lainnya. Seorang mukmin yang benar-benar beriman dengan sepenuh hati akan mencintai Rasulullah yang telah menanggung derita dakwah Islam, berjuang dengan segala kesulitan sehingga Islam tersebar di seluruh penjuru dunia, dan membawa kemanusiaan dari kekelaman kesesatan menuju cahaya petunjuk.


C. Kasih Sayang

Pengetian kasih sayang menurut kamus umu bahasa Indonesia karangan W.J.S.Poerwadarminta adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan suka kepada seseorang.

Dalam kehidupan berumah tangga kasih sayang merupakan kunci kebahagiaan. Kasih sayang ini merupakan pertumbuhan dari cinta.

Dalam kasih sayang sadar atau tidak sadar dari masing-masing pihak dituntut tanggung jawab, pengorbanan, kejujuran, saling percaya, saling pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang bulat dan utuh. Bila salah satu unsure kasih sayang hilang, misalnya unsure tanggung jawab, maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai kejujuran, terancamlah kebahagiaan rumah tangga itu.


D. Kemesraan

Kemesraan berasal dari kata dasar mesra, yang artinya perasaan simpati yang akrab. Kemesraan ialah hubungan yang akrab baik antara pria wanita yang sedang dimabuk asmara maupun yang sudah berumah tangga.

Kemesraan pada dasarnya merupakan perwujudan kasih sayang yang mendalam.

Filsuf Rusia, Salovjef dalam bukunya makna kasih mengatakan “jika seorang pemuda jatuh cinta pada seorang gadis secara serius, ia terlempar ke luar dari cinta diri. ia mulai hidup untuk orang lain”.

Pernyataan ini dijabarkan secara indah oleh William Shakespeare dalam kisah “romeo dan Juliet”, bila di Indonesia kisah Roro mendut-Pronocitro.

Yose Ortage Y Gasset dalam novelnya “On love” mengatakan: “dikedalamn sanubarinya seorang pecinta merasa dirinya bersatu tanpa syarat dengan objek cintanya. Persatuan bersifat kebersamaan yang mendasar dan melibatkan seluruh eksistensinya”.

Selanjutnya Yose mengatakan bahwa si pencinta tidaklah kehilangan pribadinya dalam aliran energi cinta tersebut. Malahan pribadinya akan diperkaya dan dibebaskan. Cinta yang demikian merupakan pintu bagi seseorang untuk mengenal dirinya sendiri.

Kemampuan mencinta memberi nilai hidup kita dan menjadi ukuran terpenting dalam menentukan apakah kita maju atau tidak dalam evolusi kita.

Dari uraian di atas terlihat betapa agung dan sucinya cinta itu. Bila seseorang mengobral cinta, maka orang itu merusak nilai cinta, yang berarti menurunkan martabat dirinya sendiri.

Cinta yang berlanjut menimbulkan mesra atau kemesraan. Kemesraan adalah perwujudan dari cinta.

Kemesraan dapat menimbulkan daya kreativitas manusia. Dengan kemesraan orang dapat menciptakan berbagai bentuk seni sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.

Kemesraan cinta tidak saja terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari-jemari mereka yang bergetar.


E. Pemujaan

Pemujaan adalah salah satu manifestasi cinta manusia kepada Tuhannya yang diwujudkan dalam komunikasi ritual. Kecintaan manusia kepada Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Hal ini karena pemujaan kepada Tuhan adalah inti, nilai dan makna kehidupan yang sebenarnya, karena Tuhan pencipta semesta termasuk manusia itu sendiri. Dan pencipta semesta untuk manusia.

Dalam kehidupan manusia terdpat berbagai cara pemujaan sesuai dengan agama, kepercayaan, kondisi, dan situasi.

Pemujaan itu dilakukan karena manusia ingin berkomunikasi dengan Tuhannya. Hal ini berarti manusia mohon ampun atas segala dosanya, mohon perlindungan, mohon dilimpahkan kebijaksanaan, agar ditunjukkan jalan yang benar, mohon ditambahkan segala kekurangan yang ada padanya, dan lain-lain.


F. Belas Kasihan

Belas kasih adalah istilah lain dari cinta sesama. Tetapi cinta disini bukan karena cakapnya, kayangya, cantiknya, pandainya, melainkan karena penderitaannya. Penderitaan ini mengandung arti luas. Mungkin tua, sakit-sakitan, yatim, yatim pitu, penyakit yang dideritanya, dan sebagainya.

Jadi kata kasihan atau Rahmah berarti bersimpati kepada nasib atau keadaan yang diderita orang lain.


G. Cinta Kasih Erotis

Cinta kasih erotis yaitu kehausan akan penyatuan yang sempurna, akan penyatuan dengan seseorang lainnya. Pada hakekatnya cinta kasih tersebut bersifat ekslusif, bukan universal, dan juga barangkali merupakan bentuk cinta kasih yang paling tidak dapat dipercaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar